WELCOME! Salam Sejahtera! Senang sekali mendapat kunjungan dari Anda. Berikan komentar Anda di akhir setiap posting (klik link: write your comment here!), komentar Anda sangat berharga bagi saya. Terima Kasih. Please Enjoy...

HOT Search

HOT Translate

WAITING FOR SUPERMAN

>> Tuesday, February 22, 2011

Saya tidak menyangka film ini akan begitu menginspirasi saya! Sebuah film dokumenter garapan sutradara Davis Guggenheim ini memenangi penghargaan film dokumenter terbaik versi Sundance Festival. Ia juga menggarap film dokumenter terkenal An Inconvinient truth yang dibintangi Al Gore dan merupakan pemenang Academiy Award di beberapa film yang dibuatnya.

Waiting for Superman (2010) berkisah mengenai 'orang-orang super' dalam dunia pendidikan di Amerika. Mereka adalah para guru, kepala sekolah dan pengawas (supervisor) yang berusaha membangkitkan kembali kualitas pendidikan di negaranya yang seadng terpuruk.

Amerika, dalam beberapa tahun belakangan mengalami penurunan kualitas pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar dan menengah. Hal ini sangat dikuatirkan oleh para pengusaha, salah satunya adalah Bill Gates. dalam 20 tahun ke depan, negara ini akan lebih banyak mengimpor tenaga kerja dari luar Amerika bila kualitas pendidikan di sekolah tidak diperbaiki. Sekolah negeri di sana saat ini cenderung menjadi 'drop out factory', mengalami penurunan rata-rata keterampilan membaca dan matematika serta para guru 'tenure' yang tidak bisa dipecat walau kinerjanya menggenaskan.

Film ini berusaha menggugah para politisi, pemangku kepentingan dan juga orang tua di Amerika bahwa harus ada keputusan radikal untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Amerika.

Indonesia perlu mencontoh semangat untuk mengubah atau merancang kebijakan-kebijakan pendidikannya dari film ini. Kelima orang yang dijadikan contoh dalam film ini, telah melawan arus dengan konsisten dan memperoleh hasil yang menakjubkan. Ini adalah tontonan wajib bagi setiap orang yang terlibat dalam dunia pendidikan di Indonesia! Negara ini menantikan Gatotkaca modern untuk menyelamatkan dunia pendidikan...

(Future) Parents Course: Saves Indonesian Children!

>> Monday, February 21, 2011

Tulisan Bapak Sayidiman Suryohadiprojo di harian Kompas edisi Jumat, 18 Februari 2011 dengan tajuk ‘Mendidik untuk Kuat Bersaing’ perlu diapresiasi dan ditindaklanjuti. Perhatian masyarakat kini teralih oleh masalah-masalah  yang harus diselesaikan di masa sekarang, sedangkan untuk mencegah apa yang akan terjadi nanti dan membangun masa depan bangsa tidak dilakukan seksama.

Sejalan dengan buku yang diangkat oleh Pak Sayidiman, sebuah film dokumenter mengenai perkembangan terakhir pendidikan di Amerika juga perlu dicermati. ‘Waiting for Superman’ yang disutradarai oleh Davis Guggenheim (2010) mengupas tentang merosotnya kualitas pendidikan akademis di negeri Paman Sam ini. Jika di negara maju seperti Amerika saja pendidikan menjadi masalah besar, apa yang mungkin terjadi dengan negara-negara berkembang sepeti Indonesia?

Walaupun telah banyak gagasan dan wacana dari esai, seminar hingga buku mengenai bagaimana pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah, kita tidak dapat memungkiri dan mengesampingkan peran besar keluarga dalam mendidik karakter anak. Keluarga adalah tempat pertama dan utama karakter manusia Indonesia harus dibentuk. Sekolah dan guru tidak memiliki otoritas dan pengaruh sebesar keluarga atu orang tua dalam menanamkan nilai-nilai moral dan karakter pada diri anak sejak dini. Kisah Amy Chua dalam buku Battle Hymn of the Tiger Mother telah menjadi contoh bagaimana efektifnya pendidikan moral dan karakter di dalam keluarga.

Dalam tulisannya mengenai tahapan-tahapan dalam pendidikan moral, Lawrence Kholberg menyatakan bahwa anak-anak usia dini bertumbuh dari tahap pra-konvensional. Pada tahap ini mereka akan bertanya apakah untungnya mengikuti nilai-nilai moral yang ada di sekitarnya. Jika orangtua pada tahap usia emas ini gagal mendidik, maka tidak heran saat mereka dewasa, pemikiran mengenai apa untungnya buat saya ini terus terbawa.

Oleh karena itu masyarakat luas dan khususnya pemerintah perlu campur tangan demi penyelamatan kualitas sumber daya manusianya di masa datang. Anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN seharusnya tidak hanya diperuntukan untuk pendidikan formal. Para orangtua Indonesia juga seharusnya mendapatkan pendidikan yang cukup tentang bagaimana mereka harus mendidik anak-anak mereka di rumah mereka sendiri secara informal.

Melalui situsnya, BKKBN mempublikasikan berita yang diliput oleh harian Kompas mengenai kursus pranikah. Para calon orang tua tentunya akan mendapatkan banyak manfaat melalui persiapan menjadi orangtua, salah satunya adalah bagaimana mendidik karakter anak. Sistem kursus dapat dibuat sedemikian rupa, sehingga orang tua dapat dibimbing secara terus menerus dari anak mereka kecil hingga besar. Dengan anggaran pendidikan yang tidak hanya masuk ke kantong kementrian pendidikan, maka visi pendidikan nasional akan lebih cepat tercapai karena kementrian lain turut membantu dalam mewujudkannya.

Kursus-kursus bagi orangtua dan calon orangtua ini pun dapat dilaksanakan oleh masyarakat luas yang berkompeten. Dengan mengacu pada nilai-nilai universal dan kebangsaan, kursus-kursus bagi ini dapat ditumbuhkan dan diatur pelaksanaannya dengan bantuan pemerintah. Kesadaran bahwa orangtua memerlukan pengetahuan dan keetrampilan dalam membangun keluarga dan mendidik anak sangat perlu ditumbuhkan. Sejauh ini pengetahuan dan keterampilan tersebut diturunkan secara informal dari orangtua kepada anak-anaknya.

Sebagai seorang guru, penulis menyadari benar bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang menekankan pendidikan moral dan karakter mengalami banyak kemudahan dalam pembelajaran saat mereka duduk di bangku sekolah. Tidak sedikit pakar manajemen kelas menyatakan, bahwa masalah-masalah akademik siswa sebenarnya berasal dari dari karakter siswanya. Pendidikan karakter yang telah matang cenederung berbanding lurus dengan peningkatan sisi akademiknya.

Manusia Indonesia yang ada sekarang ini beserta dengan segala persoalannya adalah produk dari pendidikan puluhan tahun yang lalu. Sekarang kita sedang menyaksikan anak-anak kita yang sedang bertumbuh dan juga melihat dengan samar persoalan-persoalan yang mungkin muncul akibat pendidikan saat ini. Maka itu, mari kita selamatkan generasi yang akan datang dari keterpurukan moral dan persoalan bangsa yang rumit dengan mencurahkan segenap pemikiran, tenaga dan dana sejak sekarang!