WELCOME! Salam Sejahtera! Senang sekali mendapat kunjungan dari Anda. Berikan komentar Anda di akhir setiap posting (klik link: write your comment here!), komentar Anda sangat berharga bagi saya. Terima Kasih. Please Enjoy...

HOT Search

HOT Translate

Finland Phenomenon vs Kurikulum 2013

>> Wednesday, April 24, 2013

Telah beberapa tahun terakhir ini, arah jarum mata angin dunia pendidikan menuju ke salah satu negara di wilayah balkan, Finlandia.


Negara yang berpenduduk hanya 5,4 juta jiwa ini terlihat kecil dibanding negara Indonesia yang jumlahnya menjelang 250 juta jiwa. Sebagian besar warganya tinggal di wilayah selatan karena di bagian utara banyak wilayahnya ditutupi es dan bersuhu sangat dingin. Secara umum masyarakat dunia lebih mengenal Finlandia melalui produk telepon genggam kenamaan, NOKIA. Firma Pendidikan Pearson mendapuk Finlandia sebagai negara terbaik dalam bidang pendidikan (sumber), di antara negara-negara maju, sedangkan negara super power, Amerika Serikat berada pada urutan ke 17 dari 20 negara

Menurut Pearson, Finlandia memiliki nilai atau kepercayaan yang berbeda dalam menerapkan sistem pendidikannya, setidaknya terangkum dalam lima temuan berikut (sumber):
1. Tidak ada Resep Mujarab, sistem dijalankan secara sederhana.
2. Rasa hormat pada Guru
3. Budaya dapat diubah
4. Orang Tua bukanlah hambatan ataupun penyelamat dalam pendidikan
5. Mendidik untuk masa depan dan bukan hanya masa kini.

Beberapa hal penting dan menarik lainnya dari pendidikan di Finlandia adalah:
1. Hampir sama dengan Korea Selatan, yang berada pada urutan kedua terbaik, sistem pendidikan tidak didasarkan pada jumlah anggaran yang besar, tetapi pada kepercayaan dan kesepakatan yang besar bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting dan berlandaskan tujuan moral.
2. Tidak ada tes atau ujian standarisasi apapun bagi siswa.
3. Siswa diberikan dukungan sosial yang sangat memadai seperti makanan dan pelayanan kesehatan gratis.
4. Calon guru diberikan beasiswa penuh plus biaya hidup selama tiga tahun menempuh kuliah.
5. Sebanyak setengah waktu kerja yang dihabisan guru di sekolah adalah untuk pengembangan profesi, perencanaan pembelajaran dan bekerjasama dengan orangtua.
6. Dari 700 halaman panduan kurikulum nasional yang pernah ada, kini rujukan kurikulum bagi sekolah-sekolah tersebut hanya berisi 10 lembar saja.
7. Sekolah memiliki tingkat otonomi yang relatif rendah.
(sumber1, sumber 2)

Film dokumenter berikut ini mungkin dapat merangkum dan menjelaskan apa yang sedang sebenarnya terjadi di Finlandia:



Di tengah-tengah kekaguman negara-negara maju atas kemajuan pendidikan di Finlandia, sebuah negara di Tenggara Asia tengah bergulat untuk menebus kekacauan penyelenggaraan UN 2013. Proses tender pencetakan soal, distribusi naskah soal hingga kecurangan 'berjamaah' yang dilaksanakan di sekolah-sekolah di Indonesia menjadi sorotan media masa. Ujian Nasional, yang dilaksanakan pemerintah ini memiliki kekuatan yang luar biasa untuk meluluskan siswa ke jenjang berikutnya. Hal ini berdampak pada perilaku siswa peserta UN yang tiba-tiba menjadi religius, walaupun pada prakteknya tidak sedikit yang justru menunjukkan perilaku yang bertentangan.

Belum tuntas dengan UN, tentunya wacana kurikulum 2013 masih menjadi topik hangat. Saya telah membahasnya pada posting sebelumnya, ada banyak penerapan pelaksanaan kurikulum yang bertolak belakang dari apa yang dikerjakan di Finlandia, misalnya:
1. Jam belajar siswa. Di Finlandia, jam belajar relatif lebih pendek dari negara-negara maju lainnya (sumber). Pada kurikulum 2013, pemerintah menyatakan akan menambah jam belajar anak!
2. Pelatihan guru. Di Finlandia, seperti disebutkan di atas, kehidupan dan profesionalitas guru sangat dinomorsatukan dan terjamin. Di Indonesia, kehidupan guru, apalagi yang di pelosok sangat menyesakkan dada dan nyaris tidak mengikuti pelatihan-pelatihan yang bermutu dan relevan.
3. Mata pelajaran. PISA, sebuah lembaga assessment internasional menunjukkan Finlandia berada pada rangking ke 3 dalam kemampuan membaca (2009) dan Indonesia ke 57. Sedangkan Sains, Finlandia di urutan ke 2 dan Indonesia ke 58. Finlandia membedakan kedua mata pelajaran tersebut dan memiliki jam pelajarannya masing-masing. Indonesia? Bahasa Indonesia dan Sains digabung menjadi satu kesatuan. Setidaknya ada dua persoalan muncul dari keputusan ini: Guru yang mengajar harus seorang guru bahasa atau guru sains? kedua indikator penilaian yang digunakan bahasa atau sains? atau gabuangan keduanya? membingungkan...

;dan masih banyak hal lainnya.

Kalau anggota DPR rajin menyambangi negara-negara Eropa demi 'studi banding' untuk kasus pasal tentang santet, mengapa mereka atau kemdiknas tidak mengunjungi Fnlandia sebagai benchmark bidang pendidikan yang tentunya lebih bermanfaat.

Apa komentar Anda tentang hal ini?