WELCOME! Salam Sejahtera! Senang sekali mendapat kunjungan dari Anda. Berikan komentar Anda di akhir setiap posting (klik link: write your comment here!), komentar Anda sangat berharga bagi saya. Terima Kasih. Please Enjoy...

HOT Search

HOT Translate

My Daughter's First Day Of School

>> Monday, July 27, 2009

Aahhh, tiba juga hari pertama sekolah, First Day of School!

Di hari ini pun anak saya masuk sekolah, kelompok bermain tepatnya. Dia sangat bersemangat sekali. Bahkan ia sempat sedikit merajuk ketika orang tuanya berlama-lama untuk berangkat dari rumah. Seragam lengkap dari topi hingga sepatu telah dipakaikan. Tas barunya telah melekat dipunggung. Dengan malu-malu ia menjawab pertanyaan tetangga sebelah yang bertanya padanya tentang hari pertama sekolahnya.

Tiba di sekolah, ia terlihat sangat bersemangat. Matanya bersinar, mukanya cerah, senyum tergantung di wajahnya sepanjang kami berjalan dari tempat parkir menuju kelasnya. Setibanya di sana, ia bertemu dengan temannya yang juga adalah tetangga kami. Ia segera menghampirinya, sayang sang teman tidak mau diajak bersama-sama. Baru habis menangis, kata bapaknya.

...

Sepulang sekolah, isteri saya bercerita tentang betapa anak kami sangat senang berada di lingkungannya yang baru, sekolah. sebgaian dari teman-teman sekelasnya memang masih ada yang belum bisa di tinggal oleh orang tuanya. Ada juga beberapa yang menangis karena orang tuanya tidak bersama mereka. namun, secara umum mereka menyukai lingkungan barunya ini.

Ini adalah fenomena umum anak masuk sekolah usia dini, mereka masih sangat bergantung pada orang tuanya di hari-hari awal pembelajaran mereka. Biasanya di minggu kedua atau setidaknya di akhir bulan pertama mereka sekolah, semua siswa sangat menyukai 'temapat bermain' mereka yang baru ini.

Sayangnya menurut penelitian, semakin anak bertumbuh besar, mereka cenderung mengaggap sekolah sebagai suatu beban. Apalagi bila ditambah guru, pelajaran atau suasana sekolah yang tidak mendukung, siswa akan cenderung malas belajar. Mungkin ada benarnya bila belajar dan bermain itu harus menjadi satu paket. Dengan kata lain belajar harus dibuat menyenangkan, agar siswa dapat terus termotivasi.

Our Children Challenges

>> Wednesday, July 15, 2009

Liburan yang memabukkan dan menyibukkan, maaf kepada para pembaca setia blog ini, saya tidak konsisten mempostingkan tulisan baru. mudah-mudahan tulisan berikut memenuhi rasa 'lapar' Anda...

Saya berusaha mendapatkan data-data mengenai kehidupan remaja dan anak-anak untuk memberikan kepada Anda gambaran yang lebih jelas mengenai tantangan-tantangan apa yang sedang digumuli oleh generasi muda kita. Sebagian data yang saya tampilkan ini adalah bukan berasal dari Indonesia. Namun saya telah memilah hal-hal yang memiliki kesesuain yang kuat dengan apa yang terjadi di bangsa kita.

Saya akan memulai dengan mengajak Anda mengingat beberapa film. Film telah menjadi sebuah monumen dan cermin bagi realita sosial yang terjadi pada jamannya. Film seringkali dipakai sebagai kritik sosial atau pengungkapan hal-hal yang mungkin tidak disadari terjadi di masyarakat.



Masihkah Anda ingat sebuah film yang diangkat dari kisah nyata seorang anak yang teraniaya oleh ibu tirinya di tahun 1980an? Ya, Arie Hanggara. Kisahnya begitu memilukan dan menggegerkan di tahun 1980an, sehingga kisahnya perlu diangkat sebagai sebuah film yang mencerminkan realita sosial pada jaman itu. Apakah menurut Anda kekerasan kepada anak tidak terjadi lagi hingga saat ini? Anda bisa bertanya kepada Komnas Perlindungan Anak. Dan Anda akan terkejut, bahwa kasus-kasus serupa, bahkan lebih parah semakin banyak. Anda juga dapat membaca buku MIF. Baihaqi, Anak Indonesia Teraniaya. Saya merinding dan sedih mendengar kisah-kisahnya.

Berikutnya adalah film Virgin di tahun 2004, sebuah kisah pergulatan remaja putri yang ingin menunjukkan eksistensinya dengan cara menjual diri. Koran-koran lokal dan beberapa surat kabar beroplag kecil tidak sedikit mengangkat berita-berita mengenai remaja-remaja SMA atau ‘ayam-ayam’ kampus dengan pesan berita serupa film ini. Pada Majalah Tempo, Ketua Perhimpunan Obsterik dan Ginekolog Indonesia Nurdadi Saleh berkata, menurut penelitian WHO, di Indonesia telah terjadi 2.500.000 kasus aborsi per tahun! Yang tidak terdata tentunya lebih banyak lagi.

Belum lagi kisah ‘perdagangan’ anak yang diangkat di layar lebar dengan judul Sepuluh di tahun 2008. Kita dapat melihat bahwa anak-anak menjadi korban dalam peradaban masyarakat yang katanya semakin maju.


Pada tahun 1980an, saat saya masih di bangku sekolah. Kenakalan anak dan remaja yang umum terjadi adalah membolos untuk nongkrong bareng teman, berkelahi (satu lawan satu), makan permen karet, ngobrol di dalam kelas, menyontek, dll. Bandingkan dengan apa yang terjadi setelah dekade itu: tawuran, pornografi, membolos untuk main PS atau permainan games on-line, penganiayaan (senior pada yunior), menyogok guru untuk hasil UN yang baik, seks bebas, aborsi, dll.

Mari kita bandingkan dengan data statistik tahun 1992 di majalah Fortune mengenai apa yang terjadi di Amerika setiap hari:

· 1.000 remaja wanita menjadi ibu tanpa nikah

· 1.106 remaja wanita melakukan aborsi

· 4.219 remaja mengidap penyakit yang tertular secara seksual

· 500 remaja mulai memakai narkoba

· 1.000 remaja mulai mengkonsumsi alkohol

· 135.000 anak-anak membawa sebuah pistol atau senjata lain ke sekolah

· 3.610 remaja dilecehkan; 80 diperkosa

· 2.200 remaja berhenti dari sekolah menengah

· 7 remaja dibunuh

· 7 remaja ditangkap karena pembunuhan

· 6 remaja bunuh diri

Dengan data-data di atas dapatkah kita berkata, memang benar generasi anak muda kita berada dalam bahaya? Tidak! Generasi kita tidak sedang dalam bahaya, tetapi SANGAT BAHAYA!