WELCOME! Salam Sejahtera! Senang sekali mendapat kunjungan dari Anda. Berikan komentar Anda di akhir setiap posting (klik link: write your comment here!), komentar Anda sangat berharga bagi saya. Terima Kasih. Please Enjoy...

HOT Search

HOT Translate

Conflict Management

>> Friday, September 4, 2009

Entah mengapa saya menjadi tersinggung dengan komentar beberapa teman lama saya di Facebook. Rasa marah, rasa dikhianati dan kecewa bercampur jadi satu. Jantung saya mulai terasa berbeda detaknya, anggota tubuh agak gementar dan untuk sementara pikiran tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan. Saya mencoba menenangkan diri, berdoa dan berpikir sejenak mengapa respon saya seperti demikian dan apa yang harus saya lakukan selanjutnya.

Dalam hidup ini masalah dan potensi konflik bisa masuk dalam hidup manusia tanpa ijin. Tiba-tiba saja dia datang dan sedikit banyak menggoyang akal budi dan hati kita. Sepanjang manusia masih hidup, ia tidak berhenti memiliki masalah. Pertanyaannya adalah berapa banyak orang yang tetap berbahagia dalam segala persoalan yang dihadapinya dan berapa banyak yang termakan oleh tantangan yang datang dan (kadang tidak) pergi seenaknya? Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mereka demikian?

Persoalan tersinggung bisa dilihat dari kacamata yang berbeda. Ada yang menganggapnya angin lalu, ada juga yang berujung kepada kematian, tergantung pada kedewasaan dan kematangan kepribadian seseorang. Berapa banyak orang yang memiliki dendam tersembunyi kepada orang tuanya, berapa banyak mereka yang sakit hati karena dikecewakan saudara atau teman terbaiknya dan berapa banyak orang yang kepahitan dan marah karena perlakuan buruk orang lain? Hal ini begitu sering kita temukan dalam kehidupan manusia, tapi berapa sering kita diajar atau didorong untuk menyelesaikannya?

Pengelolaan konflik adalah suatu keterampilan dasar manusia yang sejak dini seharusnya dikuasai oleh seseorang. Bila sedari kanak-kanak keterampilan ini dimiliki, maka perjalanan hidupnya di tingkat usia lebih lanjut akan menjadi lebih baik, lebih berbahasia dan lebih unggul. Manusia adalah mahluk yang komunal atau sosial. Ia selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hal ini adalah sangat mendasar. Tapi mengapa sekolah tidak mencantumkan pelajaran pengelolaan konflik ini dalam kurikulum utamanya? Pertanyaan besar bukan?

Saya telah menulis ini dalam artikel saya yang sebelumnya (klik di sini), bahwa sekolah pada mulanya tidak dirancang untuk menjawab persoalan-persoalan yang berhubungan dengan karakter, moral dan etika. Ia dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan akademis saja.

Ini adalah tanggung jawab keluarga dan masyarakat untuk mendidik anak-anak hingga terampil dalam mengelola konflik yang akan ditemuinya di sepanjang hidupnya. Anak-anak yang ditempa dan dilatih ini akan menjadi manusia-manusia yang kuat, mampu berpikir lebih luas dan berjiwa lebih besar. Namun, mengingat tidak sedikit keluarga yang impoten dalam hal ini, maka sekolah perlu 'mengambil alih' peran ini. Sekolah perlu memikirkan bagaiamana cara terbaik dengan menggunakan sumebr daa terbaik demi terbangunnya menusia-manusia yang terampil dalam mengelola konflik.

Enterpreneurship In Indonesia

>> Tuesday, September 1, 2009

Pengusaha Ciputra mengatakan, akar musabab kemiskinan di Indonesia bukan semata akibat akses pendidikan, karena hal itu hanya sebagian, melainkan karena negara tidak menumbuhkembangkan entrepreneurship dan jiwa entrepreneur dengan baik pada masyarakatnya (Kompas, 2009). Dalam artikel yang sama, pengusaha di Indonesia hanyalah berjumlah 0,18 persen dari jumlah penduduknya. Bandingkan dengan AS 11,5 persen dan Singapura 7,2 persen (data tahun 2007). Untuk menjadi sebuah negara yang lebhi baik, ilmuwan AS mengatakan sebuah negara harus memiliki setidaknya 2 persen pengusaha dalam negaranya.

Dengan data di atas dapatlah kita simpulkan bahwa arah pendidikan di bangsa ini harus mengalami perubahan mendasar. Pendidikan haruslah juga berorientasi mengambangkan kewirausahaan. Pendidikan saat ini memang cenderung mengembangkan sisi pengetahuan dan keterampilan. Jiwa kewirausahaan sangat sedikit sekali di pupuk sejak dini. Sekolah cenderung menegmbangkan keterampilan-keterampilan berpikir untuk mengembangkan jiwa keilmuan.

Ini menjadi sebuah pekerjaan rumah yang besar bagi menteri pendidikan selanjutnya. Akankah wajah sistem pendidikan Indonesia mengalami perubahan mendasar pada masa jabatan kedua SBY? Kita akan cermati langkah-langkahnya. Mengingat departemen pendidikan nasional menajdi salah satu departemen berbujet sangat besar (20 persen dari total APBN), ada kemungkinan permainan politik dibalik pemilihan menteri di departemen ini. Mari kita berharap dan terus berdoa untuk yang terbaik...

Writing...

Awal tahun ajaran memang merupakan waktu-waktu yang padat, kedisiplinan saya untuk menulis di sini diuji. Kali ini saya memaksakan diri untuk kembali menulis.

Syukur kepada Tuhan saya hampir menyelesaikan penulisan sebuah buku tentang parenting. Saya berharap setelah lebaran nanti bukunya dapat dinikmati oleh masyarakat. Masih ada beberapa hal teknis penting yang harus diselesaikan sebelum layak terbit. Melalui pengalaman menulis ini saya jadi menyadari betapa menulis adalah pekerjaan yang cukup rumit, khususnya penulis pemula. Proses penulisan buku dari gagasan hingga penertbitan buku adalah sebuah perjalanan yang panjang. oleh karena itu saya angkat topi kepada para penulis-penulis buku, Mereka adalah pejuang-pejuang sejati dari gagasan mereka.

Saya juga mulai bisa empati dengan para penulis yang buku-bukunya di bajak dengan mesin ajaib fotokopi atau lainnya. Satu sisi, menurut saya, penulis pasti senang bahwa bukunya bisa bermanfaat bagi banyak orang. Namun di sisi lain penulis meradang karena hak dan nafkahnya dicuri maling.

Memang ideal bila seorang guru setidaknya menulis satu buah buku dalam hidupnya. Dengan demikian gagasan dan kebijaksanaan yang diperolehnya dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. Apakah Anda ingni menulis juga?