WELCOME! Salam Sejahtera! Senang sekali mendapat kunjungan dari Anda. Berikan komentar Anda di akhir setiap posting (klik link: write your comment here!), komentar Anda sangat berharga bagi saya. Terima Kasih. Please Enjoy...

HOT Search

HOT Translate

May I Copy Your Thesis?: The Lack of Students' Research Culture

>> Friday, October 1, 2010

Beberapa bulan lau seorang teman mendatangi saya dan bertanya apakah saya maih menyimpan skripsi saya. Saya menjawab masih ada dan bertanya padanya untuk keperluan apa dia menanyakan hal ini. Ia menjawab dengan enteng untuk dipakainya sebagai skripsinya. Saat itu saya kaget luarbiasa, dengan halus mencoba menolak permintaanya dengan menanyakan apa kesuliatannya membuat skripsi. Lalu ia menggambarkan kesulitannya dan saya mencoba memberikan beberapa masukan dan bahkan menawarkan diri saya untuk membantunya membimbing tugas akhirnya itu.

Saya kembali mencoba mengingat pengalaman saya dulu, saat saya masih di bangku kuliah di semester akhir. Saya mengalami kecemasan yang mungkin tidak jauh berbeda dengan teman saya ini. Skripsi adalah barang baru bagi saya. Hal ini adalah seperti menjelajah ke dunia antah berantah yang mencekam. Di tambah lagi dengan kemampuan matematika saya yang kurang baik, saya berpikir mengolah data hasil penelitian adalah hal yang mustahil. Untunglah saya seorang yang gemar membaca dan memiliki dosen statistik yang baik hati, sehingga saya lulus sidang skripsi dengan lancar.

Itu adalah pengalaman lebih dari 10 tahun lalu, kini saya memiliki sudut pandang yang berbeda tentang mengerjakan skripsi. Bahkan saya memili keberanian untuk membimbing pembuatan skripsi teman saya tadi. Mengapa hal ini terjadi pada saya? Yang pasti keberanian itu muncul karena banyak faktor, salah satunya adalah karena saya telah belajar dan berlatih untuk membuat penelitian. Dalam profesi saya sebagai guru dikenal sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jujur, di Indonesia budaya penelitian di bangku sekolah belum terasa. Jangankan di daerah, di jakarta saja budaya penelitian di sekolah-sekolah favorit belum tentu meresap pada diri setiap siswa. Sekolah masih cenderung mebudidayakan hafalan, pengulangan atau baling baik pemahaman. Penelitian membutuhkan tingkat kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, mengadakan sebuah penelitian membutuhkan kemampuan kognitif yang tertinggi: Mencipta (Creating/C6). Sejak sekolah dasar siswa di sekolah-sekolah Indonesia tidak dibiasakan untuk terlibat dalam penelitian, hal ini mengakibatkan banyaknya 'korban' dalam penelitian di tingkat pendidikan tinggi. Para mahasiswa tidak siap, bahkan menganggapnya menjadi suatu kengerian, saat menghadapi skripsi.

Salah satu penjelasan terbaik dan termutakhir mengenai kondisi atau akibat tidak dibiasakannya budaya penelitian sejak dini terdapat pada koran Kompas, Jumat, 1 Oktober 2010, di halaman muka bertajuk 'Praktek Koruptif di Balik Gelar Mentereng'. Ulasan dalam artikel ini menunjukkan betapa kotor dan buruknya bisnis-bisnis di balik pembuatan skripsi. Tumbuhnya 'wirausahawan' dalam ceruk pasar yang baru ini dipicu oleh gagalnya pemerintah merancang kurikulum nasional dan dalam melatih para tenaga pendidiknya. Para mahasiswa yang terjebak dalam kesulitan pembuatan skripsi mengambil jalan pintas dengan menyerahkan pembuatannya kepada kelompok-kelompok 'wirausahawan' ini sepenuhnya dan menggantinya dengan sejumlah uang. Modus ini tidak lebhi baik dari pembelian gelar yang prakteknya juga banyak di negara ini.

Dalam artikel yang sama, Pak Fasli Jalal mengatakan hal yang benar bahwa kita harus lebih mengedepankan kompetensi dari pada gelar. Namun demikian dalam kenyataan yang ditemui sekarang ini apakah memang berlaku pernyataan demikian? Dan seharusnya Kemendiknas perlu segera melakukan langkah perbaikan untuk menghindari praktek-praktek tidak terpuji ini. Tidak heran, terdapat lebih dari dua juta pengangguran bergelar sarjana di negeri ini. Mereka adalah sarjana-sarjana yang lulus tanpa isi yang didiluluskan oleh mental ketidakjujuran dan mental 'segalanya dapat dibayar dengan uang'.

0 write(s) COMMENT(S) here!: