WELCOME! Salam Sejahtera! Senang sekali mendapat kunjungan dari Anda. Berikan komentar Anda di akhir setiap posting (klik link: write your comment here!), komentar Anda sangat berharga bagi saya. Terima Kasih. Please Enjoy...

HOT Search

HOT Translate

The Nature of Philosphy and Education

>> Tuesday, April 14, 2009

Philosohpy Education: Bab 1 - Bab 2 - Bab 3 - Bab 4 - Bab 5 - Bab 6 - Bab 7

Phylosophy Education adalah sebuah buku yang ditulis oleh George R. Knighth, seorang sejarawan dan pendidik. Buku ini menjadi pegangan yang baik bagi mahasiswa FKIP, guru, dosen dan semua orang yang bergelut dalam dunia pendidikan.


Saya mencoba membuat suatu rangkuman dari pokok-pokok bahasannya. Semoga bermanfaat bagi referensi Anda. Berikut ini adalah rangkuman dari bab pertamanya, Hakikat Filsafat dan Pendidikan...

"Mindlessness" atau ketiadaanakal adalah kata pertama yang muncul di awal paragraf bab ini. Kata ini dimaksudkan pada pendidikan di AS yang tidak memperhatikan aspek tujuan atau alasan pendidikan dilangsungkan dan hanya menekankan pada aspek pelaksanaan praktis saja. Para pendidik di sana dianggap telah terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menciptakan teknik-teknik, metode dan strategi mengajar/belajar tercanggih dan mengalpakan pentingnya menrumuskan arah dah tujuan pendidikan itu sendiri.

Kebutuhan untuk menghasilkan tenaga-tenaga pendidik profesional yang dapat berfokus pada pemikiran tentang tujuan, memikirkan tentang apa yang mereka sedang kerjakan dan mengapa mereka melakukannya menjadi sangat penting dan mendesak. Saat tujuan dan arah telah berada dalam kepala mereka, secara independen mereka dapat menilai sendiri metodologi apa yang akan membantu menggapai tujuan pembelajaran.

Studi filsafat pendidikan ini bertujuan:
1. menolong pendidik untuk lebih 'familiar' dengan masalah-masalah dasar pendidikan;
2. memampukan mereka untuk mengevaluasi lebih baik saran-saran untuk menyelesaikan persoalan-persoalan pendidikan
3. mendampingi mereka dalam memperjelas tujuan kehidupan dan pendidikan
4. membimbing mereka dalam mengembangkan sudut pandang yang konsisten dan program yang berhubungan secara nyata dengan konteks dunia yang lebih luas.

Penulis membagi filsafat menjadi tiga aspek: sebuah aktifitas, sekumpulan sikap dan sebentuk isi. Aktifitas atau kegiatan dalam filsafat terbagi menjadi enam tahap, yaitu examining (pemahaman), analyzing (analisa), synthesizing (sintesa), speculating (pengumpulan data), prescripting (perumusan pernyataan) dan evaluating (evaluasi). Seorang yang berpikir secara filsafat biasanya memiliki sikap self-awareness (kesadaran diri), comprehensiveness (keutuhan), penetration (penggalian yang mendalam) dan flexibility (keluwesan). Terdapat tiga kategori bidang bahasan filsafat, yaitu metafisik, kajian tentang realitas; epistemology, kajian tentang kebenaran dan pengetahuan; dan aksiology, kajian tentang nilai.

Pembelajaran, pendidikan, persekolahan dan pelatihan adalah empat hal yang berbeda yang coba diuraikan oleh penulis. Pembelajaran (learning) adalah sebuah proses seumur hidup yang memampukan seseorang untuk menghasilkan atau menampilkan perilaku perubahan atau pembahauran manusia.

Penulis menegaskan bahwa pendidikan (education) adalah sebuah sub atau bagian dari pembelajaran. Pendidikan dibedakan dengan pembelajaran dalam: usaha sadar sang pelajar atau oleh orang lain untuk mengontrol, membimbing, mengarahkan, mempengaruhi atau mengelola suatu situasi pembelajaran dengan tujuan untuk memenuhi tujuan pembelajaran.

Pelatihan (training) tidak lebih dari dasar pengembangan pemahaman. Pelatihan dapat dilakukan pada hewan, namun pendidikan hanya untuk manusia. Namun dalam pendidikan bisa saja terdapat aspek pelatihan.

Sedangkan Persekolahan (schooling) adalah pendidikan yang dibuat secara formal dengan mempertemukan guru dan murid dalam waktu dan tempat tertentu. Hal inilah yang membedakannya dengan pendidikan dan pelatihan yang tidak terbatas pada tempat dan waktu.

Hal menarik yang dikupas diakhir bab ini adalah bahwa sekolah bukanlah satu-satunya agen pembelajaran, pendidikan dan pelatihan. Keluarga, Media, teman sebaya dan gereja(institusi keagamaan lainnya) juga berbagi tangung jawab dalam hal ini. Bahkan, sekolah merupakan minoritas dibanding dengan keluarga dan media dalam proses pendidikan anak.

0 write(s) COMMENT(S) here!: